Penulis : Andi S.Sos.,M.Si Dosen dan Konsultan Komunikasi
JEMBER, Pelitaonline.co – Gema PERUBAHAN menyeruak ke semua lini kehidupan masyarakat di negara ini. Begitu juga halnya dengan masyarakat Jember. Walaupun pada kenyataannya, di Jember masih banyak suara pengusung PERUBAHAN yang terbungkam dan belum dapat secara gamblang disampaikan, namun gema PERUBAHAN itu nyata. Dan hal ini tentu harus dijaga agar jangan sampai gerakan PERUBAHAN menjadi sebuah euforia semu tanpa landasan dan pengimplementasian yang jelas.
Usaha untuk merealisasikan PERUBAHAN di Jember harus dilakukan dengan cara mengedepankan etika, moral serta berlandaskan hukum yang berlaku. Karena, pada saat moral dan etika dijunjung tinggi, maka hukum akan berperan sebagai instrumen pengawalan terhadap semua tindakan yang mengatasnamakan PERUBAHAN.
Sebuah Gerakan PERUBAHAN tanpa mengedepankan etika, moral serta berlandaskan hukum yang berlaku hanya akan melahirkan permasalahan baru dan akan menjadikan Jember berada di dalam situasi dan kondisi yang semakin terpuruk.
Jember saat ini tidak dalam keadaan baik-baik saja. Carut marut birokrasi, tingkat kesejahteraan yang masih rendah, angka penyandang Stanting yang tinggi, praktik nepotisme yang menggurita serta berbagai permasalahan lainnya. Untuk itulah harus dipastikan, PERUBAHAN bukan hanya sekedar slogan atau kata-kata kosong yang diucapkan untuk menarik simpati. Melainkan, gerakan PERUBAHAN ini harus berupa Gerakan implementatif yang direncanakan secara terperinci dan memiliki goal yang terukur, sehingga tidak hanya dapat dipertanggungjawabkan secara hukum namun memberikan nilai positif bagi seluruh masyarakat Jember.
Akan ada pihak-pihak yang memandang sinis terhadap Gerakan PERUBAHAN ini. Namun hal tersebut tidak perlu ditanggapi. Yakin dan percayalah bahwa jika ada pihak-pihak seperti ini, maka sudah dipastikan mereka adalah pihak-pihak yang selama ini menunggangi kepentingan masyarakat Jember untuk memperbanyak pundi-pundi kekayaan pribadi dan kelompok mereka. Hal ini tidak boleh dibiarkan terus berlanjut. Kita tidak boleh diam, kita harus bergerak mengembalikan tatanan kehidupan serta tata Kelola pemerintahan yang baik di Jember.
Dan pergerakan yang akan kita lakukan harus sesuai dengan hukum dan undang-undang yang berlaku.Dalam kurun waktu ini ( dua periode pemerintahan dengan pucuk pimpinan yang berbeda) kita sama-sama menyaksikan secara vulgar. Bagaimana hukum diatur dan dipermainkan oleh penguasa dan antek-anteknya. Bahkan kepercayaan Masyarakat Jember dari sejak awal pemerintahan dikukuhkan telah dikhianati. Bagaimana kita saksikan bersama, tokoh Ulama yang kita hormati hanya dijadikan sebagai magnet pendulang suara masyarakat dan pada saat mereka memegang kekuasaan, para Ulama kita langsung dikerdilkan tanpa mampu berperan apa-apa. Apakah kita akan Diam dan terus menerus menerima hal ini?Diam bukanlah sikap yang Bijak.
Diam hanya akan membuat mereka merasa bahwa kita tidak berbeda dengan mereka. Jember milik kita semua, Jember bukan tentang Saya atau Anda, tapi Jember adalah KITA. Kitalah yang harus memastikan dan menjadikan, bahwa Jember merupakan tempat yang akan memberikan keadilan, kesejahteraan serta kebaikan bagi siapa saja yang berada dan tinggal di dalamnya.
Ingatlah,”Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (Surat Ar-Ra’d ayat 11). Gerakan Perubahan ini tidak semata dilandaskan pada kepentingan duniawi. Namun jauh lebih dari itu, Ruh pergerakan ini yang paling utama adalah manifestasi dari kesadaran spiritual untuk menerjemahkan titah sang Khalik yang mewajibkan kita sebagai ummat manusia membawa kebaikan dan keberkahan di muka bumi ini.
Niat yang baik diikuti dengan tekad yang kuat, walau tidak mudah dan akan menghadapi berbagai cobaan, namun yakinlah perjuangan yang tulus dan mengharapkan kerhido’an Allah, tidak akan mengkhianati hasil yang akan didapat.